Bilang “Anggap Saja Rumah Sendiri” ke Teman itu Kesalahan. Ujungnya juga Bakal Nyusahin Kamu :(

Bilang “Anggap Saja Rumah Sendiri” ke Teman itu Kesalahan. Ujungnya juga Bakal Nyusahin Kamu :(

Melayani tamu adalah keharusan tuan-rumah. Budaya baik yang sudah turun-temurun dipercayai akan datangkan rejeki ke di rumah. Realisasinya juga tidak sulit, pemilik rumah perlu menyuguhi minum dan cemilan sambil bercakap. Jika kebenaran tamu dari jarak jauh, pasarkan tempat untuk istirahat atau bermalam sekaligus.

Tetapi semuanya bergantung tamunya, karena terkadang ada tamu yang nyebelin; diberi hati, malahan meminta ampela alias ngelunjak. Ya, siapa kembali jika bukan rekan kita sendiri? Bisa jadi semuanya bermula dari rutinitas mengucapkan kalimat sakti, “Kira saja rumah sendiri.” ?

Basa-basi “kira saja seperti rumah sendiri” telah ada sejak dahulu. Kita pertamanya kali dengar kalimat itu dari orangtua waktu ada tamu. Perkataan itu ialah majas untuk memberikan tindakan spesial ke tamu. Awalannya kita tidak tahu, tetapi sesudah menyaksikan tindakan orangtua pada tamu kita jadi tahu. Tidak perduli keadaan keuangan sedang susah, sajian yang dikasih ke tamu harus yang istimewa. Terkadang sampai dibela-belain ngutang ke warung untuk dapat menyuguhi tamu dengan makanan yang nikmat.

Dari orangtua kita belajar jika perlakukan tamu itu harus istimewa. Saat rekan tiba kita memberikan sajian sama seperti yang dikerjakan orangtua ke tamunya. Minuman dan cemilan yang nikmat kita keluarin semua. Kemauan baik kerap tidak berbuntut baik. Tindakan baik kita malah jadi awalnya bencana.

Karena tahu rumah kita sajiannya enak-enak, mereka jadi kerap main bahkan juga bermalam. Semua jenis cemilan kita diambil dari kulkas, pakaian kita jadi kerap dipijam, dan kamar jadi amburadul. Hadeeeeh, yang awalannya suka dikunjungi rekan, semakin lama jadi malas sebab nyusahin!!!1

Tingkah laku rekan yang tidak sadar diri ini membuat kita jadi suuzan dengan ide “melayani tamu datangkan banyak rejeki”, karena yang kita alami malah kebalikannya, makanan jadi cepat habis dan kita jadi ribet beres-beres kamar sebab mereka kerap nginep. Pada akhirnya kita jadi selective dalam melayani rekan. Mereka yang tidak tahu kita perlakukan sekedarnya saja. Beda narasi sama mereka yang mengetahui diri, ladeni dengan istimewa. Khususnya beberapa orang jauh, beberapa tamu di luar kota dan lain-lain.

“Kira saja seperti rumah sendiri” sudah diartikan lain oleh beberapa rekan. Bias pemaknaan ini membuat kita jadi sebel sama jika ia tiba. Tempatnya serba susah, jika tidak kita ladeni kita yang keliru, jika kita ladeni si dia ngelunjak. Salah satunya rekan kita tentu ada yang beini. Coba pada berani tidak nge-tag orang itu di kotak kometar? ?

error: Content is protected !!