Menggugat Kalimat “Yaelah Gitu Doang!” Saat Curhat. Bukannya Ditenangin, Malah Dibikin Sebel

Menggugat Kalimat “Yaelah Gitu Doang!” Saat Curhat. Bukannya Ditenangin, Malah Dibikin Sebel

Otak manusia begitu kecil untuk memanggul semua beban kehidupan, oleh karena itu kita perlu yang bernama sharing. Dengan bercerita permasalahan, keinginannya beban di kepala dapat sedikit menyusut. Segalanya yang membuat pemikiran kusut yang nyangkut di kepala bisa tergerai searah dengan saran-masukan dari sang pendengar.

Tetapi kadang-kadang peristiwa sharing jadi suatu hal yang malahan membuat sebel, yakni saat keluh kesahmu tercurah ke orang yang keliru. Kamu tentu pernah, kan, kembali sharing malahan dijawab, “Yaelah hanya begitu doang, gue malahan ….” Satu momen yang ngehe sekali. Bukanlah diberi anjuran, malahan dibuat sebel.

Kata orang sharing itu menentramkan, tetapi faktanya terkadang kebalikannya. Kerap kali kita dibuat sebal oleh rekan sendiri. Kemauan awalnya sharing ingin membuat dada plong, malahan jadi jengkel karena kalimat “Yaelah begitu doang, gue malahan ….”

Bingung saja begitu, mereka ini memahami tidak sich jika kita sedang perlu suport? Mengapa malahan dibanding-bandingin sich? Yang kita butuhin itu didengar. Tidak memberi jalan keluar sesungguhnya tidak apa-apa, yang perlu ada yang dengarkan saja agar kita tidak merasa sendirian.

Reaksi kalimat semacam itu kemungkinan berkesan remeh, tetapi untuk orang yang lagi dalam permasalahan itu bisa saja suatu hal yang jelek. Terusan dari kalimat itu tentu narasi pengalaman yang sama (dan dipandang lebih berat dari permasalahan kita). Tidak terang maksudnya untuk apa. Jika claim-nya agar kita ngambil makna dari narasi itu rasa-rasanya kok momennya tidak cocok.

Kita sedang tidak perlu itu, yang ada malahan narasi itu membuat beban kita tambah. Kita malahan pikirkan, jangan-jangan kita yang kurang kuat? Nah, malahan tambah beban.

Rekan yang menyukai ngomong, “Yaelah begitu doang, gue malahan ….” itu penginnya apa sich? Kesannya jadi malahan menyepelekan kita. Ia berasa dianya kuat dapat melalui saat-saat susah lalu memperlihatkannya ke kita? Memperbandingkan permasalahan yang sudah pernah dilalui ke rekan yang lagi kesusahan itu tidak bagus atau terlihat kuat sama sekalipun. Jatuhnya malahan caper!

Memperbandingkan di saat yang paling tidak pas. Perkataan mereka tidak ubahnya seperti karung beras yang ditempatkan di kepala kita. Kenyataannya ada banyak rekan kita yang semacam itu. Karena itu mulai saat ini kita perlu memutuskan seseorang yang betul-betul ingin dengarkan, sukur-sukur ingin kasih anjuran. Saat orang itu sudah bertemu, jika terjadi apa-apa mending ke ia dibanding orang yang lain belum terang sikapnya. Ngerinya malahan dibandingin kembali.

error: Content is protected !!