Untuk anak kuliahan, skripsi adalah perjuangan berat yang ingin tidak mau harus dilewati untuk ke arah kelulusan. Seperti perjuangan hidup dan mati, tidak sedikit juga beberapa orang yang pada akhirnya mundur di tengah-tengah jalan dalam proses penyelesaiannya. Tetapi benar-benar tidak dipungkuri kembali sich, umumnya bujukan paling berat dan masalah yang ada-ada saja itu banyak berlangsung saat skripsi tengah berjalan. Walau sebenarnya resikonya sangat banyak, dimulai dari mengulang-ulang dan tentu saja ongkos kuliah yang semakin membesar.
Kembali pada kasus skripsi, untuk yang sudah pernah kerjakan tentu memahami bila didalamnya ada halaman persembahan. Nah, di halaman spesial itu umumnya kita tuliskan rasa sukur dan terima kasih ke beberapa orang paling dekat yang dipandang berjasa. Bahkan juga, tidak jarang-jarang juga kita tuliskan pesan kasih sayang buat orang yang kembali disayangi, walau pada akhirnya gagal di tengah-tengah jalan. Sudah repot dicatat di halaman persembahan, pada akhirnya sirna. Ini banyak berlangsung lo!
Kerap kali menulis kalimat untuk kalimat di halaman persembahan itu rasa-rasanya lebih berat dan sulit dibanding dengan menulis isi skripsi tersebut. Bener sich, menulis skripsi tidak ada yang ngomong gampang kok, harus mencari bahan ini dan itu, riset yang habiskan banyak uang, harus wara-wiri, mencari tanda-tangan dosen yang sulitnya seperti cari keadilan di negeri ini, sampai ngerjain koreksi untuk koreksi yang tidak ada selesainya dimulai dari awalnya sampai akhir. Tetapi, beban untuk tuliskan beberapa nama orang di halaman persembahan itu rasa-rasanya ada desakan psikis tertentu.
Seriusan dech, ibaratnya kita seperti punyai tanggung jawab ke beberapa orang yang bernama kita catat di halaman itu. Misalnya orangtua, kan, tidak nikmat tuch sudah ditolong beberapa hal, dididik. Sedemikiam rupa sampai dapat capai detik ini, tetapi skripsinya amburadul. Berat, dasarnya beraaat~